Dua tahun yang lalu, aku mengalami sebuah kejadian yang tidak pernah kusangka. Sebuah kecelakaan membuat tangan kiriku patah, dan lebih parahnya lagi, tulang sikuku juga lepas dari tempatnya. Awalnya, aku tidak menyadari seberapa serius cedera itu. Tanganku memang terasa sakit, tapi aku pikir itu hanya keseleo biasa. Aku bahkan tak terpikir untuk pergi ke rumah sakit.
Saat itu, suamiku yang kini sudah menjadi mantan menyarankan sesuatu yang sekarang aku sesali. "Diurut saja dulu, pasti sembuh," katanya penuh keyakinan. Aku pun mengikuti sarannya, berharap semua baik-baik saja. Selama sebulan penuh, aku rutin pergi ke tukang urut. Namun, alih-alih sembuh, rasa sakitnya justru semakin menjadi-jadi. Bengkak di tanganku semakin besar, dan rasa perihnya tak tertahankan.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Aku berpikir, kalau ini terus dibiarkan, aku mungkin tidak akan bisa menggunakan tanganku lagi. Aku pun teringat asuransi kesehatan yang pernah kumiliki. Saat itu, aku hampir yakin asuransiku sudah tidak aktif, karena sudah bertahun-tahun tidak pernah kugunakan. Namun, ada dorongan kecil dalam hati untuk memeriksanya ke kantor asuransi. Dan, Tuhan benar-benar memberiku jalan. Asuransi itu ternyata masih aktif!
Hari itu juga aku langsung pergi ke rumah sakit. Setelah melakukan pendaftaran, aku segera diarahkan untuk menjalani rontgen. Ketika hasilnya keluar, aku tidak bisa menahan kaget. Dokter menunjukkan bahwa tulang lenganku patah, dan tulang sikuku lepas. Dokter menatapku serius, bahkan ada nada kesal dalam suaranya.
“Kenapa kamu tidak langsung datang ke rumah sakit saat pertama kali jatuh? Kenapa malah diurut selama sebulan?” tanyanya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya bisa diam. Saat itu, aku benar-benar merasa bersalah pada diriku sendiri.
Dokter menjelaskan bahwa kondisiku membutuhkan tindakan cepat. Operasi menjadi satu-satunya jalan. Aku tidak berpikir panjang lagi. Tiga hari setelah konsultasi pertama, aku kembali ke rumah sakit untuk rawat inap.
Aku masih ingat betul hari itu. Pagi sebelum operasi, aku baru memberi tahu suamiku. Dia terkejut, tapi tidak banyak berkata. Dua hari kemudian, operasi besar dilakukan. Tulang sikuku harus dipasangi pen, baik di dalam maupun di luar, untuk menopang posisi tulang yang sudah bergeser jauh.
Setelah operasi, perjalanan penyembuhan tidaklah mudah. Namun, aku belajar banyak dari kejadian ini. Aku menyadari pentingnya mendengarkan tubuh kita dan bertindak cepat saat ada sesuatu yang salah. Aku juga belajar untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain, terutama dalam mengambil keputusan penting untuk diri sendiri.
Kini, setiap kali melihat bekas luka di tanganku, aku selalu teringat pada pelajaran besar yang pernah diajarkan kehidupan. Luka itu bukan sekadar tanda dari kecelakaan, tapi juga simbol bahwa aku mampu melewati masa-masa sulit. Kadang, rasa sakit hadir untuk mengingatkan kita agar lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar