Dulu aku melihat dunia dalam garis tegas. benar atau salah, baik atau buruk. Tapi setelah banyak pembelajaran yang kulalui, aku sadar bahwa hidup bukan hanya hitungan mutlak. Melainkan ruang abu-abu yang di penuhi luka, harapan, kehilangan, dan kebangkitan. Aku belajar bahwa tak semua yang menyakitkan adalah hukuman, tak semua yang indah adalah berkah. Kadang yang menyakiti justru memberi pembelajaran dan yang pergi justru menyelamatkan. Kini, aku melihat bukan untuk menilai tapi untuk memahami. Bukan untuk melawan tapi untuk menerima. Sebab hidup bukan tentang menang atau kalah. Tapi tentang bagaimana kita tetap berjalan meski dengan hati yang pernah berdarah.
Temui dunia baru dalam setiap tulisan. Blog ini mengajakmu untuk menggali pemikiran, menemukan inspirasi, dan merayakan kreativitas dalam setiap kata.
Jumat, 31 Januari 2025
Minggu, 26 Januari 2025
Mengapa Shalat disebut sebagai kunci keberkahan hidup?
Aku pernah mendengar kalimat yang begitu indah "perbaiki shalatmu, maka Allah akan memperbaiki hidupmu". Awalnya aku merasa itu hanya nasihat biasa. Tapi, semakin aku renungi kalimat itu seperti mengungkap sesuatu yang sering aku abaikan. Aku juga pernah mendengar Ustadz Adi Hidayat berkata, "Shalat itu bukan sekedar kewajiban, tapi kunci keberkahan hidup. Saat shalatmu benar, seluruh aspek hidupmu akan mengikuti". Pernyataan ini membuatku bertanya lebih jauh, Apa sebenarnya hubungan antara shalat dan hidup yang lebih baik?
Awalnya aku sering punya banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin shalat yang "hanya" berdiri, ruku, dan sujud mempengaruhi jalan hidup kita? Mengapa Shalat bisa jadi sumber kekuatan di tengah semua ujian? Ternyata jawabannya sederhana Shalat adalah cara Allah mengajari kita arti tunduk, sabar, dan percaya. Ketika kamu benar-benar menghadirkan hatimu dalam shalat, kamu sedang menyerahkan semua beban kepada Allah. Sujud mu menandakan bahwa kamu tidak pernah sendiri.
Ustadz Adi Hidayat pernah menjelaskan, "dalam setiap gerakan shalat, ada harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Ketika kamu takbir, kamu sedang meninggalkan dunia dan fokus kepada Allah. Saat ruku', kamu belajar merendahkan hati dan mengakui kebesaran-NYA. Dan saat sujud kamu berada di titik terendah sebagai hamba, tapi justru paling dekat dengan Tuhan. Disanalah semua doa begitu tulus dan semua harapan menemukan arah".
Tapi aku sadar, memperbaiki shalat bukan berarti hidup lansung sempurna. Hidup akan tetap penuh ujian, tapi bedanya hati kita tetap tenang. Shalat adalah jangkar yang menahan kita dari tenggelam ditengah gelombang masalah. Saat sholatmu menjadi kebutuhan, bukan sekedar rutinitas, kamu akan merasakan perubahan besar. Perlahan, hidupmu akan terasa lebih bermakna dan keberkahan akan datang diwaktu yang tepat.
Jadi, coba tanya dirimu sendiri, bagaimana shalatmu hari ini? Apakah hanya sekedar gerakan atau sudah menjadi percakapan penuh makna dengan Allah SWT? Jika hidupmu terasa berat, mungkin sudah saatnya kamu kembali kembali kepada Allah, berserah diri, perbaiki shalatmu, karena disetiap Takbir dan sujudmu ada janji Allah untuk memperbaiki hidupmu. Bukankah itu yang sebenarnya kita inginkan?
Jangan lupa shalat yaa guys! 🥰
Kamis, 23 Januari 2025
Pernahkah kalian merasa hidup kalian selalu tertinggal dari orang lain?
Ya Allah, mengapa aku selalu gagal dan terlambat jika dibandingkan dengan teman-temanku?
Terlambat sukses
Terlambat nikah
Terlambat punya anak
Gagal dalam pernikahan
Kenapa jalanku selalu tidak mudah?
Pernah ga kamu pikir, mungkin Allah memang sengaja memberimu waktu lebih lama, bukan karena gagal dan terlambat tapi karena Allah ingin memberimu cerita yang berbeda.
Ingat, setiap orang punya timeline nya sendiri. Yang terlihat cepat bukan berarti yang terbaik, dan yang terlihat lambat bukan berarti gagal.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui ".
(Q.S. Al-Baqarah:216)
Kadang jalan yang panjang itu justru membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat, bayangkan apa jadinya jika semua hal terjadi begitu mudah?
Mungkin kita ga akan belajar apa-apa.
Rasulullah SAW bersabda:
"Ketahuilah bahwa apa yang ditakdirkan luput darimu, tidak akan pernah menimpamu. Dan apa yang ditakdirkan menimpamu, tidak akan pernah luput darimu"
(HR. Ahmad)
Berhentilah melihat bahwa rumput tetangga lebih hijau. Bisa jadi rumput mu jauh lebih cerah, tapi kau tak sempat melihatnya karena sibuk memandang ke rumput orang lain. Fokuslah pada proses dirimu dan nikmati prosesnya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Lihatlah kepada orang yang berada dibawah mu, dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas mu, agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu"
(H.R. Muslim)
Jalan yang terasa berat adalah cara Allah mempersiapkan mu untuk sesuatu yang lebih besar, lebih indah, dan lebih bermakna. Karena setiap perjuangan akan membawa keberkahan di akhirnya.
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan "
(QS. Al-Insyirah:5-6)
Jadi jangan bandingkan perjalananmu dengan orang lain. Tetap melangkah, tetap berusaha, tetap berdoa. Percayalah Allah punya rencana terbaik untukmu. 😊
"Dan apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap".
(QS. Al-Insyirah:7-8)
Tolong tetap hidup, meski dunia kerap membujuk untuk menghilang, Aku
Tolong tetaplah hidup...
Meski dunia kerap membujuk mu untuk menyerah dan mengakhiri semuanya. Kadang, ia menggoda mu untuk berhenti, membujuk mu meletakkan semua beban, menyerah dalam diam begitu menggema.
Tak apa jika langkah mu gontai, jika senyummu sesekali lelah. Tak apa jika harimu terasa berat dan malam-malam mu terasa senyap. Yang penting kamu masih ada. 🙂
Mari kita cari secercah harapan, sekecil apapun itu. Mungkin secangkir matcha hangat di pagi yang mendung, atau mie ayam dengan topping baru yang belum pernah kamu coba. Bayangkan, kuahnya harum mengepul dengan rasa yang menyelimuti seluruh lelah mu. Atau pikirkan varian Indomie baru yang entah apa rasanya. Mungkin, rasa itu akan membuatmu tertawa kecil, bingung, bahkan protes, tapi bukankah itu tanda kamu masih hidup?
Tolong tetaplah hidup...
Ada senja yang belum kau lihat dengan warna jingga beradu biru. Ada suara hujan dari jendela memanggilmu untuk diam dan mendengarkan. Ada tawa yang mungkin belum kau dengar, mungkin dari seseorang yang kelak mencintaimu tanpa syarat.
Mungkin itu terdengar bodoh. Betapa kecilnya alasan-alasan itu dibandingkan dengan beratnya beban yang sering dirasakan. Tapi bukankah justru hal-hal kecil itu yang sering menyelamatkan kita?
Dunia ini seringkali kejam, aku tak akan membohongi soal itu. Tapi tidakkah kau ingin melihat akhir dari cerita ini? Bagaimana jika bab berikutnya penuh dengan halaman yang menghiburmu dengan kebahagiaan sederhana yang tiba-tiba muncul tanpa kau duga?
Jadi, TOLONG TETAPLAH HIDUP 🙂
"Perjalanan Panjang Penyembuhan: Saat Tubuhku Diuji, Mental pun Harus Kuat (Part 2)"
Aku ingat jelas saat pertama kali sadar setelah operasi. Selain rasa sakit yang membekukan, hal lain yang membuatku tertegun adalah keberadaan pen di tanganku. Tidak hanya pen dalam yang dipasang untuk menyambung tulang, tetapi juga pen luar yang menonjol dari area sikuku. Bayangkan, ada besi yang tampak seperti sekrup keluar menembus kulitku. Setiap kali melihatnya, tubuhku merinding, pikiranku dipenuhi ketakutan, dan aku merasa seolah-olah bagian tubuhku bukan lagi milikku.
Awal-awal pascaoperasi menjadi ujian mental terbesar dalam hidupku. Aku masih ingat dengan jelas momen saat harus membuka perban untuk pertama kalinya. Tugas sederhana itu saja menjadi drama yang sulit kulupakan. Tanganku bergetar, keringat dingin mengalir di dahiku, dan begitu perban terlepas, aku melihat luka yang mengelilingi pen itu. Pemandangan besi yang keluar dari kulitku membuatku berteriak histeris. Aku menangis seperti anak kecil, bukan hanya karena rasa sakit, tetapi juga karena ngeri melihat tubuhku sendiri.
Anakku, yang saat itu berada di ruangan, hanya bisa menatapku dengan bingung. "Mama kenapa?" tanyanya dengan polos. Pertanyaannya membuatku tersadar aku tidak boleh terus-menerus terlihat lemah di depan anakku. Tapi kenyataannya, setiap kali aku harus mengoleskan salep di sekitar area pen, rasanya seperti menantang diriku sendiri. Setiap gesekan kecil di sekitar pen membuatku merasakan nyeri tajam yang memaksa air mata menetes tanpa henti.
Pakaian pun menjadi masalah baru. Untuk mengganti baju, aku harus sangat berhati-hati. Aku takut kain baju akan tersangkut di pen luar, menyebabkan luka yang lebih parah. Aku bahkan sempat memotong beberapa baju lama agar lebih mudah dipakai tanpa menyentuh pen. Tapi tetap saja, setiap kali baju menyentuh area sekitar pen, aku menahan napas dan berharap tidak ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul.
Hari-hari itu membuatku merasa benar-benar kecil. Aku, yang biasanya mandiri, sekarang harus meminta bantuan Ibuku untuk hal-hal sederhana seperti mandi atau mengganti pakaian. Setiap gerakan terasa seperti ujian, dan aku sering bertanya-tanya kapan semua ini akan berakhir. Namun, satu hal yang selalu kujaga adalah semangat untuk terus mencoba. Meski takut, aku tetap berusaha membersihkan area pen setiap hari, meyakinkan diriku bahwa ini semua adalah bagian dari perjalanan menuju pemulihan.
Pengalaman itu mengajarkanku satu hal penting: tubuh kita memiliki batasan, tetapi mental kita adalah kunci untuk melampaui rasa sakit dan ketakutan. Meski saat itu aku merasa rapuh, aku tahu bahwa perlahan-lahan aku akan sembuh, baik secara fisik maupun mental. Bagaimanapun juga, aku tidak sendirian dalam perjalanan ini. Anakku adalah pengingat bahwa aku harus kuat, bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuknya.
"Perjalanan Panjang Penyembuhan: Bolak-Balik Kontrol Patah Tulang di Rumah Sakit"
Patah tulang di tangan kiriku adalah salah satu pengalaman hidup yang tidak akan pernah kulupakan. Kejadiannya begitu cepat hanya beberapa detik yang mengubah rutinitas harian menjadi perjuangan panjang melawan rasa sakit dan proses penyembuhan yang penuh tantangan. Setelah operasi untuk memasang pen, aku harus menjalani kontrol rutin ke rumah sakit. Dan di sinilah babak baru dalam hidupku dimulai.
Kontrol pertama adalah momen yang paling mendebarkan. Aku masih ingat saat perawat membuka perban untuk pertama kalinya setelah operasi. Rasanya nyeri luar biasa, bahkan hanya melihat bekas jahitannya saja membuatku bergidik. Dokter menjelaskan bahwa proses penyembuhan akan memakan waktu lama, dan aku harus bersabar serta rajin datang untuk kontrol.
Setiap kali kontrol, ada hal-hal baru yang harus kupelajari. Dari pemeriksaan kondisi pen, rontgen untuk memastikan tulangku mulai menyambung, hingga penggantian perban yang sering kali terasa menyakitkan. Kadang-kadang, hasil rontgen menunjukkan perkembangan yang lambat, membuatku merasa khawatir apakah tanganku bisa kembali normal seperti dulu.
Yang lebih menantang adalah menempuh perjalanan ke rumah sakit. Jaraknya cukup jauh dari rumah, dan rasa sakit di tanganku sering kali bertambah akibat perjalanan itu. Belum lagi, antrian di rumah sakit yang panjang membuatku harus duduk berjam-jam sambil menahan nyeri. Tapi aku tahu, semua ini adalah bagian dari proses yang harus kulalui.
Ada momen-momen ketika aku merasa putus asa. Ketika rasa sakit datang, atau ketika dokter mengatakan aku harus lebih berhati-hati karena ada risiko komplikasi, aku sering bertanya-tanya, "Kapan semua ini akan berakhir?" Namun, setiap kontrol juga memberiku harapan kecil dokter selalu meyakinkanku bahwa aku berada di jalur yang benar menuju kesembuhan.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan bolak-balik kontrol, dokter menyatakan tulangku telah menyambung dengan baik. Meski masih harus menjalani terapi untuk memulihkan fungsi tangan secara penuh, aku merasa lega. Perjalanan panjang ini mengajarkanku untuk bersabar, percaya pada proses, dan menghargai tubuhku lebih dari sebelumnya.
Bagi siapa pun yang sedang berjuang dengan patah tulang, aku ingin mengatakan: jangan menyerah. Penyembuhan memang tidak instan, tapi setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah kemenangan besar. Ingat, tidak ada perjuangan yang sia-sia selama kamu tetap berusaha dan percaya bahwa tubuhmu punya kekuatan untuk sembuh.
Pengalaman Suntik Injeksi Keloid di Bekas Operasi Patah Tulang
Keloid di tangan kiriku adalah "oleh-oleh" dari operasi patah tulang yang pernah aku jalani beberapa tahun lalu. Awalnya, aku hanya mengira bekas jahitan operasi akan sembuh seperti biasa. Namun, seiring waktu, bekas luka itu mulai menonjol, berwarna merah gelap, dan kadang terasa gatal. Aku merasa sangat tidak nyaman, terutama karena letaknya di tangan yang selalu terlihat.
Setelah mencoba beberapa salep tanpa hasil yang signifikan, aku memutuskan untuk menemui dokter kulit. Dokter menyarankan agar aku menjalani suntik injeksi keloid sebagai solusi terbaik. Meski sempat ragu karena takut akan rasa sakit, aku sadar bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk mengurangi ukuran dan ketidaknyamanan akibat keloid tersebut.
Hari suntik pertama tiba. Saat dokter mulai menyiapkan jarum, aku merasa gugup, apalagi area bekas operasi ini cukup sensitif. Ketika jarum menembus kulit keloidku, rasanya memang sakit, seperti tekanan tajam yang menusuk. Obat steroid kemudian disuntikkan ke beberapa titik di keloid, dan sensasinya sedikit perih. Prosesnya hanya berlangsung beberapa menit, tetapi efeknya terasa cukup nyata.
Setelah suntik, tanganku terasa sedikit nyeri dan bengkak di sekitar area keloid. Dokter menjelaskan bahwa itu wajar dan akan hilang dalam beberapa jam. Dalam waktu dua minggu, aku mulai melihat perubahan. Keloidku yang sebelumnya menonjol mulai mengecil dan terasa lebih lembut. Rasa gatal yang selama ini mengganggu juga berkurang drastis.
Meski aku harus menjalani beberapa sesi lagi untuk hasil yang maksimal, aku merasa lega karena keloidku akhirnya bisa ditangani. Pengalaman ini mengajarkanku bahwa meski keloid sering dianggap sulit diatasi, ada solusi yang efektif jika kita bersedia mencoba.
Jika kamu memiliki keloid di area bekas operasi seperti aku, jangan ragu untuk mencari bantuan medis. Suntik injeksi keloid mungkin tidak menghilangkan bekas luka sepenuhnya, tetapi setidaknya bisa membuatnya lebih kecil dan tidak mengganggu lagi.
Aku Punya Allah
Hidup tidak selalu mudah, bahkan terkadang terasa terlalu berat untuk dijalani. Aku sering bertanya-tanya, mengapa aku harus menghadapi semua ini sendirian? Tidak ada tempat untuk bersandar, tidak ada orang yang benar-benar memahami perjuanganku. Tapi di tengah semua itu, aku belajar satu hal yang sangat berharga: aku tidak benar-benar sendirian. Aku punya Allah.
Ketika dunia terasa gelap dan semua pintu seperti tertutup, aku mengangkat tanganku. Dengan air mata yang mengalir tanpa henti, aku memohon kepada-Nya. "Ya Allah, Engkaulah sebaik-baik Penolong. Jika aku tak punya siapa pun di dunia ini, aku masih punya Engkau." Dan seperti janji-Nya, Dia selalu ada. Bukan berarti masalahku hilang seketika, tetapi Dia memberiku kekuatan untuk terus melangkah.
Aku ingat malam-malam penuh tangisan. Saat aku merasa terlalu kecil dan tak berdaya, Dia menenangkanku melalui bisikan di hati. Dia mengingatkanku bahwa setiap kesulitan adalah bagian dari rencana-Nya. Setiap air mata adalah doa, setiap perjuangan adalah jalan menuju kebaikan.
Banyak orang mungkin memandangku sebelah mata. Seorang ibu tunggal, tanpa dukungan yang berarti. Tapi aku tidak membutuhkan pengakuan dari mereka. Allah-lah yang mengetahui setiap usaha dan pengorbananku. Aku yakin, selama aku berusaha dan tawakal kepada-Nya, akan ada jalan keluar.
Aku tidak punya banyak, tapi aku punya Allah. Dan memiliki Allah adalah memiliki segalanya. Dia adalah sandaran di kala aku jatuh, Dia adalah penuntun di saat aku tersesat. Dengan keyakinan ini, aku terus melangkah. Karena aku tahu, meski perjalanan hidupku penuh liku, aku tidak pernah sendirian.
Terima kasih, ya Allah, Engkau selalu ada untukku.
Rabu, 22 Januari 2025
JUDGMENT VS LABELING
- Bukan : "Dia malas banget"
- Tapi : "Hari ini dia terlihat lelah"
- Bukan : "Dia pemalas"
- Tapi : " Kenapa dia selalu menunda pekerjaan?"
Rintik Yang Merindu
Di bawah langit yang kelabu,
hujan jatuh seperti luka lama yang baru.
Rintiknya menari di atas tanah basah,
seakan menyanyikan lagu yang penuh resah.
Aku menatapnya dari balik jendela,
membiarkan dingin menyusup ke sela-sela jiwa.
Setiap tetes yang jatuh ke bumi,
menggurat cerita pilu yang tak pernah usai di hati.
Hujan adalah pelukan yang tak sampai,
rindu yang karam di tengah gelap.
Setiap gemericik menyebut namamu,
meninggalkan jejak di relung kalbu.
Aku bertanya pada awan yang menangis,
mengapa luka ini tak pernah habis?
Namun jawabnya hanya angin yang berlalu,
menghapus jejak, namun tak pernah menyapu pilu.
Hujan ini tak pernah biasa,
ia membawa kenangan yang terasa sia-sia.
Meski dingin menusuk hingga ke tulang,
aku tetap menunggu, meski tahu kau tak akan pulang.
_disudut kamar_
(Miyu_Takanori)
Senin, 20 Januari 2025
Pengalaman Patah Tulang yang Mengubah Hidupku
Dua tahun yang lalu, aku mengalami sebuah kejadian yang tidak pernah kusangka. Sebuah kecelakaan membuat tangan kiriku patah, dan lebih parahnya lagi, tulang sikuku juga lepas dari tempatnya. Awalnya, aku tidak menyadari seberapa serius cedera itu. Tanganku memang terasa sakit, tapi aku pikir itu hanya keseleo biasa. Aku bahkan tak terpikir untuk pergi ke rumah sakit.
Saat itu, suamiku yang kini sudah menjadi mantan menyarankan sesuatu yang sekarang aku sesali. "Diurut saja dulu, pasti sembuh," katanya penuh keyakinan. Aku pun mengikuti sarannya, berharap semua baik-baik saja. Selama sebulan penuh, aku rutin pergi ke tukang urut. Namun, alih-alih sembuh, rasa sakitnya justru semakin menjadi-jadi. Bengkak di tanganku semakin besar, dan rasa perihnya tak tertahankan.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Aku berpikir, kalau ini terus dibiarkan, aku mungkin tidak akan bisa menggunakan tanganku lagi. Aku pun teringat asuransi kesehatan yang pernah kumiliki. Saat itu, aku hampir yakin asuransiku sudah tidak aktif, karena sudah bertahun-tahun tidak pernah kugunakan. Namun, ada dorongan kecil dalam hati untuk memeriksanya ke kantor asuransi. Dan, Tuhan benar-benar memberiku jalan. Asuransi itu ternyata masih aktif!
Hari itu juga aku langsung pergi ke rumah sakit. Setelah melakukan pendaftaran, aku segera diarahkan untuk menjalani rontgen. Ketika hasilnya keluar, aku tidak bisa menahan kaget. Dokter menunjukkan bahwa tulang lenganku patah, dan tulang sikuku lepas. Dokter menatapku serius, bahkan ada nada kesal dalam suaranya.
“Kenapa kamu tidak langsung datang ke rumah sakit saat pertama kali jatuh? Kenapa malah diurut selama sebulan?” tanyanya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya bisa diam. Saat itu, aku benar-benar merasa bersalah pada diriku sendiri.
Dokter menjelaskan bahwa kondisiku membutuhkan tindakan cepat. Operasi menjadi satu-satunya jalan. Aku tidak berpikir panjang lagi. Tiga hari setelah konsultasi pertama, aku kembali ke rumah sakit untuk rawat inap.
Aku masih ingat betul hari itu. Pagi sebelum operasi, aku baru memberi tahu suamiku. Dia terkejut, tapi tidak banyak berkata. Dua hari kemudian, operasi besar dilakukan. Tulang sikuku harus dipasangi pen, baik di dalam maupun di luar, untuk menopang posisi tulang yang sudah bergeser jauh.
Setelah operasi, perjalanan penyembuhan tidaklah mudah. Namun, aku belajar banyak dari kejadian ini. Aku menyadari pentingnya mendengarkan tubuh kita dan bertindak cepat saat ada sesuatu yang salah. Aku juga belajar untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain, terutama dalam mengambil keputusan penting untuk diri sendiri.
Kini, setiap kali melihat bekas luka di tanganku, aku selalu teringat pada pelajaran besar yang pernah diajarkan kehidupan. Luka itu bukan sekadar tanda dari kecelakaan, tapi juga simbol bahwa aku mampu melewati masa-masa sulit. Kadang, rasa sakit hadir untuk mengingatkan kita agar lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.
Learning Self-Confidence from a Little Bird
In a dense forest, there lived a little bird named Pipit. Pipit was known as a shy bird who always felt inadequate. She avoided flying high ...
-
We often feel the pressure to move quickly, to always be busy, and to keep up with others. But it's important to remember that's ok...
-
Ya Allah, mengapa aku selalu gagal dan terlambat jika dibandingkan dengan teman-temanku? Terlambat sukses Terlambat nikah Terlambat punya...